Monday, August 22, 2011

Luapan Tentang Cinta!!!!!

Cinta Kadang Ga Adil,
 Kenapa Cinta Pada Pasangan Lebih Besar Daripada Cinta Kepada Allah?

Pacar Marah!
Kita Mati-matian Minta Maaf ,

Gimana Kalo Tuhan Marah?
Apa Kita Berdoa Seharian Agar Tuhan Memaafkan Kita?

Pacar Suruh Ke Rumah!
Pasti Kamu Datang Dengan Senang Hati!
Tapi Jika Allah Menyuruh Kamu Datang ke Rumah-Nya Dengan Seruan Adzan,
kamu Seolah-olah Tak Mendengar....

Buatlah Orang Sadar!
Bahwa Cinta Pada Allah Lebih Penting Dari Cinta Apapun....

Sunday, August 21, 2011

SKRIPSI Penerapan Model Konstruktivisme pada Konsep Energi dan Perubahannya di Kelas III Sekolah Dasar” (PTK di Kelas III Semester II SDN Karya Bakti Kecamatan Serpong Kabupaten Tangerang)


BAB  I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Prinsip proses pembelajaran adalah belajar, sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang kondusif sehingga proses belajar dapat tumbuh dan berkembang.
Permasalahan dalam proses belajar mengajar dewasa ini adalah kecenderungan umum bahwa para siswa hanya terbiasa menggunakan sebagian kecil saja dari potensi atau kemampuan berpikirnya.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas riil di lapangan kegiatan belajar mengajar cenderung monoton dan tidak menarik, sehingga beberapa pelajaran ditakuti dan selalu dianggap sulit oleh siswa. Salah satu penyebabnya, IPA lebih menekankan pada aspek kognitif dengan menggunakan hafalan dalam upaya menguasai materi, bukan mengembangkan keterampilan berfikir siswa, mengembangkan  aktualisasi konsep dengan diimbangi pengalaman konkret dan aktivitas bereksperimen (Supangkat, 1991).
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman (Muchith, 2008 : 71).
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui kontekss yang terbatas, konstruktivisme adalah teori yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri (Wahid, 2009 : 4).
Beberapa kelebihan model konstruktivisme adalah sebagai berikut :
1.            Dalam proses membina pengetahuan baru, siswa berfikir untuk menyelesaikan masalah, menyusun ide dan membuat keputusan.
2.            Siswa terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru sehingga mereka lebih faham dan boleh mengaplikasikannya dalam semua situasi.
3.            Kemahiran sosial diperoleh apabila dapat berinteraksi dengan teman atau guru dalam membina pengetahuan baru.
Proses penelitian dengan memanfaatkan konsep energi dan perubahannya sebagai sumber belajar dimaksudkan menjadi salah satu alat fungsional dalam menjembatani proses pencapaian tujuan pendidikan nasional. Pengembangan model pembelajaran melalui siswa yang menunjukkan peningkatan minat, partisipasi aktif dan kreatifitas siswa selama pembelajaran (Tuti Istiati, 34).
Menurut peneliti bahwa permasalahan untuk menerapkan konsep energi dan perubahannya di SDN Karya Bakti karena siswa kurang memahami konsep IPA yang pada hakikatnya terlalu verbalisme/teoritik maka melalui penelitian ini peneliti mengambil judul “Penerapan Model Konstruktivisme pada Konsep Energi dan Perubahannya untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa di Kelas III Semester II”.
Sejumlah alasan dalam mengambil judul karya ilmiah ini adalah melalui model konstruktivisme penelitian pada konsep energi dan perubahannya ini peneliti ingin meningkatkan pemahaman siswa melalui pola pikir yang kritis, aktif dan dapat memecahkan masalah dalam mengembangkan materi pembelajaran untuk merealisasikan dan membuktikan hasil belajar serta pemahaman siswa khususnya pada konsep energi dan perubahannya di kelas III SDN Karya Bakti.

B.           Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas agar masalah peneliti ini lebih jelas dan tajam, maka permasalahan peneliti dibuat dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut :
1.            Apakah model konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep energi dan perubahannya?
2.            Bagaimana kemampuan guru dalam penerapan model konstruktivisme pada konsep energi dan perubahannya?
C.          Tujuan Penelitian
1.            Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini sebagai berikut :
1.      Meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep energi dan perubahannya.
2.      Meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model konstruktivisme pada konsep energi dan perubahannya.
2.            Manfaat penelitian.
1.      Untuk peneliti
1.      Menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan suatu penelitian
2.      Meningkatkan kinerja peneliti yang sekaligus guru sehingga menjadi lebih profesional.
3.      Menumbuhkan budaya meneliti.
4.      Menjadi kritis terhadap suatu masalah yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
2.      Untuk siswa
1.      Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di kelas.
2.      Lebih cepat memahami pelajaran.
3.      Lebih responsif.
4.      Memperoleh pengalaman belajar dengan pikiran yang konseptual dan realistis.
3.      Untuk guru
1.      Meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas.
2.      Menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelas.
3.      Memperbaiki proses pembelajaran melalui model pembelajaran yang ditetapkan.
D.          Definisi Operasional
1.            Konstruktivisme adalah proses membangun/menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Filsafat konstruktivisme digagas oleh Mark Baldawin dan dikembangkan dan diperdalam oleh Jean Piaget yang menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya oleh objek semata, akan tetapi dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.
Tujuan dari model pembelajaran konstruktivisme untuk memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya membantu mengembangan pengertian dan pemahaman siswa secara lengkap, membantu kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri dan lebih menekankan pada proses belajar.
2.            Energi adalah kemampuan untuk melakukan suatu usaha atau kegiatan macam-macam energi, misalnya : energi panas, energi gerak dan energi bunyi.
Manusia juga memiliki energi yang didapat dari makanan dan minuman yang setiap hari dikonsumsi.
3.            Konsepsi awal siswa adalah pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh siswa sebelum mendapatkan penjelasan materi dari guru.

E.           Lokasi dan Subjek Penelitian
1.            Lokasi penelitian
Yang menjadi lokasi penelitian ini adalah SDN Karya Bakti Kecamatan Serpong Kabupaten Tangerang.
2.            Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah penelitian ini adalah kelas III SDN Karya Bakti dengan jumlah siswa 34 orang dimana jumlah laki-laki ada 16 orang dan perempuan 18 orang.

Thursday, August 18, 2011

Teman-teman seperjuanganku anak PAI D angkatan tahun 2008

Lirik lagu Melly Goeslaw Tanyakan Pada Rumput Yang Bergoyang

Posting lirik ini di blog anda
Tanyakanlah pada rumput yang bergoyang
Sesudi apakah aku padamu
Aku tak akan berhenti mencintaimu
Sampai aku tak bernyawa lagi
Sebagai manusia yang tahu kaidah
Akan ku tanamkan cinta yang sopan
Sehidup semati kamu yang hidup
Aku yang mati pun tak mengapa
Akan ku latih hatiku ini
Siap menerima apa saja
Tuhan ajari aku bersabar
Membimbing rasa di hatiku
Bila mataku tak bisa lagi
Menatap wajah cintaku ini
Tuhan tolong beri aku waktu
Untuk merasakan cintanya
Sebagai manusia yang tahu kaidah
Akan ku tanamkan cinta yang sopan
Sehidup semati kamu yang hidup
Aku yang mati pun tak mengapa
Akan ku latih hatiku ini
Siap menerima apa saja
Tuhan ajari aku bersabar
Membimbing rasa di hatiku
Bila mataku tak bisa lagi
Menatap wajah cintaku ini
Tuhan tolong beri aku waktu
Untuk merasakan cintanya
Akan ku latih hatiku ini
Siap menerima apa saja
Tuhan ajari aku bersabar
Membimbing rasa di hatiku
Bila mataku tak bisa lagi
Menatap wajah cintaku ini
Tuhan tolong beri aku waktu
Untuk merasakan cintanya
Sampai ku buta, bisu, tuli, lumpuh
Dan tak bernyawa lagi

Lirik lagu Melly Goeslaw Demi Cinta (Ost. Di Bawah Lindungan Ka’bah)

Posting lirik ini di blog anda
labbaik allahumma labbaik labbaika la sharika laka labbaik
labbaik allahumma labbaik labbaika la sharika laka labbaik
wahai penggemar cinta dengar aku bercerita
cinta datangnya tak diduga bergelantungan di hati
bila kita diabaikan mungkin pernah kita mengabaikan
namun aku takkan diam terus ku tuju cintamu
malam-malam ku melamun mencari kata-kata nan indah
seperti sabdanya Rasulullah berbahasa tinggi dan puitis
demi cinta hujan berdebu akan ku terjang tanpa meragu
menapaki tanah harap membawa cinta dan cita-cita kita
labbaik allahumma labbaik labbaika la sharika laka labbaik
labbaik allahumma labbaik labbaika la sharika laka labbaik
bila kita diabaikan mungkin pernah kita mengabaikan
namun aku takkan diam terus ku tuju cintamu
malam-malam ku melamun mencari kata-kata nan indah
seperti sabdanya Rasulullah berbahasa tinggi dan puitis
demi cinta hujan berdebu akan ku terjang tanpa meragu
menapaki tanah harap membawa cinta dan cita-cita kita
labbaik allahumma labbaik labbaika la sharika laka labbaik
labbaik allahumma labbaik labbaika la sharika laka labbaik


gudanglagu.com Free Download Lagu Melly Goeslaw Demi Cinta (Ost. Di Bawah Lindungan Ka’bah) MP3 Lirik 4shared Gratis Chord Video Album

Penilaian Berbasis Kelas


BAB I
PENDAHULUAN
Ada beberapa pertimbangan tentang pentingnya penilaian berbasis kelas:
1.        Pada hakikatnya penilaian berbasis kelas bukan hanya untuk kepentingan guru semata, tetapi juga peserta didik, kepala sekolah, orang tua, dan pihak-pihak lain yang membutuhkannya. Untuk itu harus ada pemahaman yang sama secara kolektif tentang apa, mengapa, dan bagaimana penilaian tersebut.
2.        Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, masih banyak kekeliruan guru dalam memahami penilaian, baik dalam konsepsional, implementasi maupun penggunaan hasil penilaian itu sendiri.
3.        Pada umumnya guru-guru di sekolah jarang mendalami tentang penilaian, disamping karena kesibukan, buku-buku referensi yang tersedia di sekolah relative kurang mendukung.
4.        Ada kecendrungan guru-guru di sekolah melakukan penilaian apa adanya, tanpa memahami tujuan dan fungsi penilaian, objek dan prinsip penilaian, dan sebagainya sehingga hasil penilaian kurang dapat memuaskan semua pihak.
5.        Penilaian yang dilakukan guru-guru pada umumnya kurang memperhatikan segi proses.
Selain itu masih banyak ditemui bahwa di dalam proses pembelajaran, guru kurang bahkan enggan melaksanakan penilaian. Guru hanya senang melaksanakan kegiatan pembelajarannya saja tanpa diikuti dengan kegiatan penilaian. Model pembelajaran klasik-tradisional, yaitu guru hanya melaksanakan penilaian pada akhir satuan waktu tertentu saja (catur wulan atau semester), sedangkan rangkaian kegiatan belajar peserta didik dari awal sampai akhir tidak dilakukan penilaian secara kompehensif dan holistic.

BAB II
PEMBAHASAN
PENILAIAN BERBASIS KELAS
A.           Pengertian Penilaian Berbasis Kelas.
Penilaian berbasis kelas adalah penilaian dalam arti “assessment”. Maksudnya, data dan informasi dari penilaian berbasis kelas merupakan salah satu bukti yang dapatdigunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan. Secara lebih spesifik, penilaian berbasis kelas dapat diartikan sebagai suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar yang terdapat dalam kurikulum. Dalam implementasi penilaian berbasis kelas, guru harus menerapkan prinsip-prinsip penilaian, berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Penilaian berbasis kelas mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar peserta didik dan pelaporan.
   Dalam implementasi penilaian berbasis kelas, terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
1.        Penilaian prestasi belajar (achievement assessment), yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
2.        Penilaian Kinerja (performance assessment), yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan keterampilan peserta didik melalui tes penampilan atau demonstrasi atau praktik kerja nyata.
3.        Penilaian Alternatif (alternative assessment), yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan sebagai alternatif disamping teknik penilaian yang lain.
4.        Penilaian Autentik (authentic assessment), yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi peserta didik berupa kemampuan nyata, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau yang hanya diperoleh di dalam kelas.
5.        Penilaian portofolio (portfolio assessment), yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi dan perkembangan peserta didik berdasarkan kumpulan hasil kerja dari waktu ke waktu.
Dalam penilaian berbasis kelas terdapat empat kegiatan pokok yang harus dilakukan guru, yaitu :
1.      Mengumpulkan data dan informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik,
2.      Menggunakan data dan informasi tentang hasil belajar peserta didik,
3.      Membuat keputusan yang tepat,
4.      Membuat laporan sebagai bentuk akuntabilitas publik.
Berdasarkan uraian tersebut, maka terdapat sejumlah karakteristik penilaian berbasis kelas sebagai berikut :
1.      Menggeser tujuan penilaian dari keperluan untuk klasifikasi peserta didik (diskriminasi) ke pelayanan individual peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya (diferensiasi).
2.      Menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) daripada Penilaian Acuan Norma (PAN).
3.      Menjamin pencapaian tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum, karena kompetensi dasar yang dirumuskan dalam kurikulum menjadi acuan utama.
4.      Menggunakan keseimbangan teknik dan alat penilaian, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes tindakan / perbuatan serta cara lain untuk menjamin validitas penilaian, sehingga prinsip keadilan lebih terjamin karena kemampuan peserta didik lebih terperinci terpapar, dan tergambarkan.
5.      Memberikan informasi yang lebih lengkap dan mudah dipahami tentang profil kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang bermanfaat bagi peserta didik, orang tua, guru, dan pengguna lulusan, sehingga dapat menjamin prinsip akuntabilitas publik.
6.      Memanfaatkan berbagai cara dan prosedur penilaian dengan menerapkan berbagai pendekatan dan cara belajar siswa aktif (student active learning) yang dapat mengoptimalkan pengembangan kepribadian, kemampuan bernalar, dan bertindak.
B.                 Tujuan dan Fungsi Penilaian Berbasis Kelas
Rounded Rectangle: PENGHARGAANTujuan umum penilaian berbasis kelas adalah untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik dan memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran. Perhatikan gambar berikut ini :
 








Oleh karena itu, penilaian berbasis kelas menekankan pencapaian hasil belajar peserta didik sekaligus mencakup seluruh proses pembelajaran. Dalam dokumen kurikulum Berbasis Kompetensi, dikemukakan bahwa tujuan penilaian berbasis kelas secara terperinci adalah untuk memberikan :
1.      Informasi tentang kemajuan hasil belajar peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukannya.
2.      Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar lebih lanjut, baik secara kelompok maupun perseorangan.
3.      Informasi yang dapat digunakan oleh guru dan peserta didik untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, menetapkan tingkat kesulitan / kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remedial, pendalaman atau pengayaan.
4.      Motivasi belajar peserta didik dengan cara memberikan informasi tentang kemajuannya dan merangsangnya untuk melakukan usaha pemantapan atau perbaikan.
5.      Informasi semua aspek kemajuan peserta didik dan pada gilirannya guru dapat membantu pertumbuhannya secara efektif untuk menjadi anggota masyarakat dan pribadi yang utuh.
6.      Bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan keterampilan, minat dan kemampuannya.
Fungsi penilaian berbasis kelas bagi peserta didik dan guru adalah untuk :
1.      Membantu peserta didik dalam mewujudkan dirinya dengan mengubah atau  mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih baik dan maju,
2.      Membantu peserta didik mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya.
3.      Membantu guru menetapkan apakah strategi, metode, dan media mengajar yang digunakannya telah memadai, dan ;
4.      Membantu guru dalam membuat pertimbangan dan keputusan administrasi.

Peserta didik dan orang tua dapat berkolaborasi untuk menciptakan hasil pembelajaran atau kompetensi yang optimal dengan merujuk pada kriteria yang telah ditetapkan dalam setiap kompetensi pembelajaran yang akan dihasilkan. Itulah fungsi yang ditawarkan oleh penilaian berbasis kelas.[1]

C.           Objek Penilaian Berbasis Kelas
Sesuai dengan petunjuk pengembangan Kurikulum Berbasis Kmpetensi yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, maka objek penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut:
1.        Penilaian kompetensi dasar mata pelajaran.
2.        Penilaian Kompetensi Rumpun Pelajaran.
3.        Penilaian kompetensi lintas kurikulum.
4.        Penilaian kompetensi tamatan.
5.        Penilaian Terhadap Pencapaian Keterampilan Hidup.
D.           Domain dan Alat Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian autentik perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, domain yang perlu dinilai meliputi domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotorik.
1.        Domain Kognitif
Domain kognitif meliputi hal-hal berikut ini:
a)        Tingkatan hafalan.
b)        Tingkatan pemahaman.
c)        Tingkatan aplikasi.
d)       Tingkatan analisis.
e)        Tingkatan sintesis.
f)         Tingkatan evaluasi/ penilaian

2.        Domain Psikomotor
Domain  psikomotor meliputi hal-hal berikut:
a)        Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan peserta didik dalam menggerakkan sebagian anggota badan.
b)        Tingkatan gerakan semirutin meliputi kemampuan melakukan atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan.
c)        Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis.
Alat penilaian yang digunakan untuk mengukur domain psikomotor adalah tes penampilan atau kinerja yang telah dikuasai peserta didik, seperti:
a           Tes paper and pencil.                               c.  Tes simulasi.
b          Tes identifikasi.                                        d.  Tes petik kerja.
Tes penampilan atau perbuatan, baik berupa tes identifikasi, tes simulasi, maupun unjuk kerja datanya dapat diperoleh dengan menggunakan daftar cek (check list) ataupun skala penilaian (rating scale). Daftar cek lebih praktis jika digunakan untuk menghadapi subjek dalam jumlah yang lebih besar, atau jika perbuatan yang dinilai memiliki resiko tinggi. Skala penilaian cocok untuk menghadapi peserta didik dengan jumlah terbatas.
3.             Domain Afektif
Berkenaan dengan ranah afektif, ada dua hal yang harus dinilai. Pertama, kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi. Kedua, sikap dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Sikap peserta didik terhadap pelajaran bisa positif, bisa negative, atau netral. Hal ini tidak dapat dikategorikan benar atau salah. Guru memiliki tugas untuk membangkitkan dan meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran, serta mengubah sikap peserta didik, dari sikap negative ke sikap positif.
Adapun tingkatan domain afektif yang dinilai adalah kemampuan peserta didik dalam:
a                Memberikan respons terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya.
b               Menerima nilai, norma serta onjek yang mempunyai nilai etika dan estetika.
c                Menilai ditinjau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil, indah-tidak indah terhadap objek studi.
d               Mempraktekkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Penilaian perlu pula dilakukan terhadap daya tarik, minat, motivasi, ketekunan belajar, dan sikap peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu beserta proses pembelajarannya. Dalam penilaian berbasis kelas, ketiga domain tersebut diatas harus diperhitungkan secara seimbang dan proporsional. Untuk itu, dalam pelaksanaan penilaian berbasis kelas, guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a           Penilaian domain kognitif dilakukan setelah peserta didik mempelajari suatu kompetensi dasar yang harus dicapai, akhir dari semester, dan jenjang satuan pendidikan.
b          Penilaian domain afektif dilakukan selama berlagsungnya kegiatan pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas.
c           Penilaian domain psikomotor dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran.
E.       Prinsip Penilaian Berbasis Kelas.
Prinsip-prinsip yang harus dipegang seorang pendidik agar penilaian berbasis kelas yang akan dilancarkan dapat berjalan secara optimal, antara lain :
1.        Motivasi. Penilaian berbasis kelas hendaknya dipandang sebagai upaya untuk mengenal kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh guru maupun peserta didik. Untuk mengenal kekuatan dan kelemahan tersebut, diperlukan usaha perencanaan terhadap perbaikan kegiatan pembelajaran secara terus menerus. Hal yang lebih penting, tujuan akhir penilaian berbasis kelas bukan terletak pada pencapaian angka yang tinggi, melainkan terletak pada cara bagaimana memotivasi peserta didik sehingga diperoleh hasil yang maksimum.
2.        Validitas. Harus menjamin tercapainya standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator. Kesesuaian antara penilaian berbasis kelas dengan tujuan akan meningkatkan validitas. Dengan demikian maka validitas merupakan suatu hal yang sangat perlu diperhatikan.
3.        Adil. Penilaian berbasis kelas menekankn pada adanya perlakuan yang adil kepada semua peserta didik. Artinya, semua peserta didik harus mendapat kesempatan yang sama untuk dinilai tanpa membedakan latar belakang sosek, budaya, bahasa, dan jenis kelamin.
4.        Terbuka. Menekankan adanya keterbukaan, dimana semua pihak baik pendidik maupun peserta didik perlu mengenali kemampuan masing-masing, jenis penilaian, maupun format penilaian yang akan digunakan.
5.        Berkesinambungan. Harus dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik. Hal ini dilakukan untuk melihat kesinambungan antara materi pokok yang satu dengan materi pokok yang lain.
6.        Bermakna. Penilaian berbasis kelas dapat melihat perkembangan kemampuan peserta didik secara holistik. Selain itu, penilaian berbasis kelas dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama pendidik, peserta didik, dan orang tua.
7.        Menyeluruh. Penilaian berbasis kelas dilakukan dengan berbagai teknik dan prosedur untuk menjamin tersedianya informasi yang utuh dan lengkap tentang kinerja peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik. Jadi, sangat tidak mungkin jika pendidik hanya terpaku pada satu jenis penilaian saja, tertulis misalnya.
8.        Edukatif. Penilaian berbasis kelas tidak dimaksudkan untuk membuat keputusan akhir tentang nasib peserta didik atau hal-hal lain yang dapat menurunkan motivasi peserta didik dalam belajar. Pelaksanaannya didasarkan pada pertanyaan yang sangat mendasar, yaitu : bagaimana peserta didik memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan perolehan hasil belajar sebelumnya ? dan bagaimana guru mengajar lebih efektif dibandingkan dengan pengajaran sebelumnya.
F.            Manfaat Hasil Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian berbasis kelas sangat bermanfaat bagi guru, orang tua, dan peserta didik. Bagi guru, penilaian berbasis kelas bermanfaat untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran, menentukan kenaikan kelas, dan memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik. Bagi orang tua, penilaian berbasis kelas bermanfaat untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan anaknya, peringkat anaknya di kelas, memberikan bimbingan, dan merangsang orang tua untuk menjalin komunikasi dengan pihak sekolah dalam rangka perbaikan hasil belajar anaknya. Bagi peserta didik, penilaian berbasis kelas bermanfaat untuk memantau hasil pencapaian kompetensi secara utuh, baik yang menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai.

G.  Jenis-Jenis Penilaian Berbasis Kelas.
            Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004) mengemukakan jenis-jenis penilaian berbasis kelas, yaitu : Tes tertulis, Tes perbuatan, Pemberian tugas, Penilaian proyek, Penilaian hasil kerja peserta didik (product assessment), Penilaian sikap, Penilaian Portofolio.
Selanjutnya, Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2002) mengemukakan  seperangkat alat penilaian dan jenis tagihan yang dapat digunakan dalam Penilaian Berbasis Kelas,
antara lain :
1.      Kuis, digunakan untuk menanyakan hal-hal prinsip dari pelajaran yang lalu secara singkat, bentuknya berupa isian singkat, dan dilakukan sebelum pelajaran dimulai.
2.      Pertanyaan lisan dikelas, digunakan untuk mengungkap penguasaan peserta didik tentang pemahaman konsep, prinsip, dan teorema.
3.      Ulangan Harian, dilakukan secara periodik pada akhir pengembangan kompetensi.
4.      Tugas Individu, dilakukan secara periodik untuk diselesaikan oleh setiap peserta didik dalam waktu tertentu dan dapat berupa tugas rumah.
5.      Tugas Kelompok, digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok dalam upaya pemecahan masalah.
6.      Ulangan Semester, digunakan untuk menilai ketuntasan penguasaan kompetensi pada akhir program semester.
7.      Ulangan Kenaikan, digunakan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik menguasai materi dalam satu tahun ajaran.
8.      Laporan kerja praktik atau laporan praktikum, digunakan untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya, seperti fisika, kimia, biologi, dan bahasa.
9.      Responsi atau ujian praktek, digunakan untuk mata pelajaran yang ada prakteknya. Tujuannya untuk mengetahui penguasaan akhir, baik dari aspek kognitif maupun psikomotor.