Saturday, May 7, 2011

UTS KESEHATAN MENTAL


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan modern dewasa ini banyak individu secara lahiriyah tampak sehat, terpenuhi segala macam kebutuhan material. Tetapi apabila ditelusuri lebih jauh, fakta menunjukan bahwa sebagian besar individu yang hidup di tengah-tengah masyarakat tersebut menderita penyakit mental yang cukup parah, sehingga pada stadium berikutnya akan mengerogoti ketahanan fisik. Ganguan mental dapat berakar dari tidak terpenuhinya kebutuhan psikis dasar yang berasal dari kekhasan eksistensi manusia yang harus dipuaskan, tetapi cara memuaskan psikis itu bermacam-macam, dan perbedaan cara pemuasan kebutuhan tersebut serupa dengan perbedaan tingkat gangguan mental. Seiring perkembangan pemikiran dan peradaban manusia, perhatian manusia terhadap kesehatan mental semakin meningkat, sebab manusia semakin sadar bahwa kehidupan yang layak adalah manakala seseorang dapat menikmati hidup ini bersama-sama, berdampingan dengan orang lain. Kehidupan seseorang yang mengalami gangguan mental, tidak kurang pedihnya dari penyakit jasmani.
Menurut Zakiah Daradjat menuturkan, pelaksanaan agama dalam kehidupan sehari-hari dapat membentengi seseorang dari gangguan jiwa (mental) dan dapat pula mengembalikan jiwa bagi orang yang gelisah. Karena kegelisan dan kecemasan yang tidak berujung pangkal itu, pada umumnya berakar dari ketidak puasan dan kekecewaan, sedangkan agama dapat menolong seseorang untuk menerima kekecewaan sementara dengan jalan memohon ridla Allah dan terbayangkan kebahagian yang akan dirasakan di kemudian hari.  
Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, semakin banyak ibadahnya, maka akan semakin tentramlah jiwanya serta semakin mampu menghadapi kekecewaan dan kesukaran dalam hidup dan sebaliknya. Dan semakin jauh

seseorang dari agama, akan semakin sulit baginya untuk memperoleh ketentraman hidup. Dalam Islam cakupan wilayah ibadah sangat luas, misalnya shalat, puasa, haji, dan lain-lain. Namun tulisan ini hanya membahas pengaruh shalat terhadap kesehatan mentaL

BAB II
PEMBAHASAN
PENGARUH SHALAT TERHADAP KESEHATAN MENTAL
A.                Shalat
Shalat adalah suatu kegiatan fisik-mental spiritual yang memberikan makna bagi hubungan antara seorang muslim dengan Allah, dengan sesama manusia maupun diri sendiri. Lebih daripada itu, dengan shalat Allah swt. merealisasikan kasih saying-Nya pada manusia agar mereka hidup dalam kebahagiaan. Karena shalat akan menjadi sumber kedamaian hati bagi setiap insane yang melaksanakannya dengan khusyu’, penuh khidmat dan semata-mata karena Allah swt.
            Sebagaimana dalam firman Allah swt. QS. al-Taubah:1:
Artinya: “(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah Mengadakan Perjanjian (dengan mereka).
Secara etimologis shalat mengandung arti berdo’a memohon kebaikan dan pujian. Sedangkan secara hakikat mengandung pengertian “berharap hati (jiwa) kepada Allah swt dan mendatangkan takut kepada-Nya, serta menumbuhkan rasa keagungan, kebesaran dan kesemurnaan sang khalq di dasar jiwa. Adapun menurut pemahaman ilmu fiqh, shalat merupakan rangkaian perbuatan, dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.[1]
1.      Nikmat Shalat yang KhusAyu’
Dalam Al-Qur'an Surat Al Mumi'nun ayat :
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya.
Amat sangat berbahagia, sukses orang yang beriman yang khusyu dalam sholatnya. Dengan kata lain siapapun yang merindukan kebahagiaan yang hakiki. Kesuksesan sejati, kemenangan dalam hidup ini selayaknya memperhatikan kualitas sholat. Dapat dipastikan bahwa perintah sholat bukan untuk kepentingan Allah yang Maha Agung. Yang sudah memiliki segala-galanya dengan sempurna. Perintah sholat seluruh keuntungannya akan kembali kepada pelakunya. Kalau kita simak sholat khusyu bukanlah sesuatu yang mustahil. Karena Allah tidak mungkin memerintahkan kepada kita sesuatu yang mustahil kita lakukan. Setidaknya, sholat khusyu itu bisa kita dilihat pada waktu sholat dan sesudah sholat.
            Pertama, pada waktu sholat dia akan bisa berkomunikasi dengan Allah sangat baik sehingga berbuah ketentraman jiwa, kebahagiaan berkomunikasi dengan Allah. Dan dirikan sholat untuk mengingat Allah.
Kedua, sholat yang khusyu' akan tampak pada perilaku kesehariannya. Berbekas dalam kepribadian, etos kerja maupun prestasi kesehariannya. Jadi tidak mungkin kekhusyuan sholat hanya dinikmati pada waktu sholat saja. Karena sholat yang wajib hanya lima kali sehari jika dilakukan sepuluh menit hanya 50 menit dibanding 24 jam.
Pastilah hikmah sholat yang paling besar justru bisa dilihat ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas hubungan sesama manusia, aktivitas mensejahterakan diri maupun orang lain, harus menjadi bukti kekhusyuan  sholat ini. Dalam sholat khusyu, justru yang paling penting adalah saat-saat sesudah sholatnya karena inilah kemenangan yang hakiki. Ketenangan tidak mungkin dirasakan hanya waktu sholat, kita juga harus tenang diwaktu-waktu lainnya.
Karena itu kita harus menyadari bahwa ketenangan, tidak hanya menyebut nama Allah saja. Tapi pelengkap syariat dunia, rejeki yang cukup, rumah yang lapang, jaminan keamanan, keluarga yang sakinah, perlindungan dari kawan-kawan, inipun merupakan bagian karunia Allah yang harus kita buru sebagai upaya merealisasikan ketenangan jiwa secara syariat.[2]
B.                 Kesehatan Mental
Pengetahuan tentang kesehatan mental berkembang secara luas di negara-negara maju, teratama dalam beberapa tahun terakhir ini. Di beberapa negara pembahasannya telah samapai pada tingkat mencari jalan pencegahan (preventive) agar orang tidak menderita kegelisahan dan gangguan jiwa. Meskipun sering digunakan istilah kesehatan mental, namun pengertiannya masih kabur dan kurang jelas bagi orang awam.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat memberi definisi kesehatan mental, antara lain:
1.                  Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala gangguan jiwa       (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
2.                  Kesehatan mental adalah kemampuan untuk mnyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.

3.                  Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat, dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
4.                  Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Jadi yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental. Kesehatan mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan, dan kemampuannya dalam menyesuaikan diri. Kesehatan mental pulalah yang menentukan apakah orang akan mempunyai kegairahan untuk hidup, atau akan pasif dan tidak bersemangat.[3]
C.                Makna Shalat Bagi Kesehatan Mental
Apabila shalat wajib yang lima waktu ditinjau dari kesehatan mental, maka akan dapat dipahami  mengapa shalat diwajibkan Allah dan apa sebab maka jumlahnya lima kali dalam sehari  semalam waktu bagi masing-masingnya ditentukan pula dan tidak boleh didahului dan tidak boleh dilampaui. Selain itu, shalat dijadikan sebagai obat bagi gangguan kejiwaan.
Satu hal yang disebutkan dalam Hadist terdahulu, berkaitan erat dengan perawatan kejiwaan, yaitu mendapat ampunan dari Allah, apabila shalat yang lima waktu dilakukan dengan wudhu’ yang baik, dilaksanakan pada waktunya dan sempurna rukunya serta khusyu’. Dalam pandangan ahli jiwa, ampunan terhadap dosa dan kesalahan, merupakan obat bagi gangguan kejiwaan, karena salah satu penyebab dari gangguan kejiwaan adalah merasa bersalah atau berdosa. Orang yang  akan merasa gelisah dan goncang jiwanya apabila ia merasa bersalah atau berdosa kepada Tuhan.
Dalam pengalaman merawat orang-orang yang menderita gangguan  kejiwaan, ternyata bahwa banyak orang yang terserang kegoncangan kejiwaan merasa dirinya berdosa. Lebih ringkasnya, shalat merupakan sarana pengobatan kejiwaan, atau mempunyai fungsi kuratif terhadap penyakit dan gangguan kejiwaan.
Dalam melaksanakan shalat sebagai obat atau pengobatan kejiwaan, tentu saja shalat tersebut harus didasarkan atas iman dan keyakinan akan kebenaran sifat-sifat Allah, terutama sifat yang sangat diperlukan oleh seorang yang mengharap serta mencari tempat mengeluh, mengadu, dan mengungkapkan perasaan. Artinya shalat dapat menjadi obat dan penyembuh penyakit kejiwaan bagi orang yang beragama.[4] 

1.         Shalat Sumber Kesehatan Mental
Manusia dalam hidupnya memerlukan kekuatan, baik kekuatan jasmani (fisik) atau kekuatan rohani (mental). Untuk memperoleh kekuatan mental selain bersabar yaitu dengan mengerjakan shalat, dengan shalat kita langsung berinteraksi dengan Tuhan memuji dan berdoa memohon ampun dari segala dosa. Selain itu juga shalat mengandung gerakan-gerakan jasmani, shalat bukanlah gerakan rutin yang tidak mempunyai makna dan tak mempunyai faedah namun sebaliknya shalat mengandung banyak makna dan berfaedah bagi kehidupan dunia maupun akhirat, dengan shalat manusia mendapatkan pahala dan rahmat dari Allah dan ditentramkan hatinya.
Dalam psikologi, shalat dapat berfungsi sebagai terapi hal ini dikarenakan dalam shalat mengandung nilai trasedental, psikologis, fisiology dan social. Shalat lima waktu diibaratkan oleh Rasulullah sebagai orang yang mandi di sungai yang jernih airnya sebanyak lima kali sehari,  dimana segala kotoran , daki yang melekat di badan hilang sama sekali, ini juga diibaratkan sebagai pencucian batin seorang yang mengerjakan shalat,

mukanya mengarah ke arah yang satu yaitu kiblat, sedangkan seluruh perhatian ingatan tertuju pada khadirat Tuhan. Dengan mengerjakan shalat seorang muslim tahu bagaimana caranya menghargai waktu dan membagi waktu, shalat jamah mendidik supaya pandai hidup bermasyarakat, saling mengenal satu sama yang lainnya yang didasarkan pada persamaan persaudaran dan tolong menolong.[5]
2.                  Sehat dengan Shalat
Shalat memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam menjaga kesehatan badan dan hati dan dalam menguatkan keduanya. Shalat juga dapat mengobati unsur negativ pada keduanya. Bila penyakit maka penderitaan yang dirasakan oleh orang yang shaleh lebih ringan daripada yang tidak melakukannya dan dampaknya juga lebih baik.  Rahasia shalat dibalik shalat adalah merupakan penghubung antara Allah. Manakala shalat menjadi suatu penghubung antara hamba dengan Tuhan-nya, maka disinilah dia akan mendapat kebaik-baikan yang dibukakan pintunya dan juga mendapat kebahagiaan yang disebabkan oleh shalat serta mendapat karunia dari Tuhan-nya. Dibawah ini akan dibahas rahasia shalat dibalik shalat, yang akan dibahas sebagai berikut:
1.                  Rahasia ketenangan jiwa dari sholat,
Memiliki manfaat yang positif yang sangat banyak dan kekuataan tersendiri untuk meningkatkan kesehatan jiwa seseorang apalagi hasil penelitian menyatakan shalat dapat membantu mengalahkan kegundahan terutama pada orang sakit.  Para ilmuwan menegaskan dalam sebuah hasil penelitian yang dimuat majalah kedokteran (ath-Thib an- Nafsi wal Jasadi) diketahui malekukan ibadah secara terus menerus berhasil mengurangi rasa sedih dan gundah pada orang yang sakit dan terserang penyakit kanker paru-paru dan berbagai penyakit sejenis lainnya.
2.                  Shalat sumber kesehatan Rabbani,
Merupakan obat yang manjur dan menyembuhkan bagi semua penyakit badan di dunia, jiwa dan saraf. Shalat dapat mencegah semua penyakit ini dan berbagai macam penyakit lainnya. Dalam shalat, seorang muslim menggerakkan urat-urat badannya, baik yang kecil maupun yang besar. Shalat juga merupakan bukti ketaatan orang hamba kepada sang Pencipta. Shalat juga memiliki nilai olah raga badan yang memiliki manfaat besar. Seperti yang diterbitkan oleh majalah al-Mujahid yang diterbit di Cairo pada edisi yang ke-146 Bulan  April 1986 memuat artikel yang ditulis oleh Utsman al-khawwash seorang dokter spealis tulang dalam artikel mengatakan antara lain (1) dianatara menjadi perhatian pendidikan modern dan dianjurkan oleh ilmu kesehatan adalah melakukan latihan olahraga di waktu-waktu tertentu karena olahraga merupakan cara paling penting untuk menjaga kesehatan badan sekaligus menjaga kesehatan mental. (2) mengenai gekaran-gerakan shalat sebagaimana diketahui, berdiri di waktu shalat merupakan cara terbaik untuk memperlancar peredaran darah sekaligus menciptakan semangat pada seluruh badan. Oleh karenanya sholat menggairahkan pencernaan dan meningkatkan selera makan. Demikian juga shalat mengatasi berbagai macam penyakit usus besar. Perlu kita pahami shalat bukan hanya sekedar bacaan ayat al-quran dan doa tetapi juga merupakan penghubung antara manusia dengan Allah ibarat seseorang dapat merasakan panasnya sinar matahari atau merasakan kasih sayang temannya.
3.                  Manfaat shalat bagi seseorang secera psikologis,
Dia akan menyadari semua urusan ada di tangan Allah dan manusia dalam kehidupan ini tidak berjuang sendiri. Dia akan menyadari alam ini memiliki pencipta yang dapat melihat, mahabijaksana dan maha adil.
 Dr. Alkises Carel seorang penulis buku manusia Makhluk Misterius mengatakan “shalat merupakan kekuataan terbesar yang dapat melahirkan semangat yang baru kita ketahui pada masa sekarang ini.  shalat merupakan sumber kesehatan dan semangat. Dengan melaksanakan shalat seseorang berusaha menambah semangat di dalam dirinya yang sangat terbatas dia datang dan berhadapan dengan zat yang mahakuat, saat tidak ada yang mampu membangkitkan semangat selain diri-Nya.
4.                  Shalat menyimbangakan tekanan darah,
Sebuah penelitian menyatakan orang-orang yang melaksanakan shalat dengan teratur, maka kekuataannya akan bertambah, terutama dalam menjaga keseimbangan tekanan darah saat berada pada tensi yang rendah.
5.                  Shalat memperkuat tulang,
Dengan dilaksanakannya shalat wajidb yang memliki tujuh belas rakaat setiap hari, apalagi jika ditambah dengan dilaksanakan shalat sunnah, seorang muslim seoalah telah melakukan aktivitas yang tidak kurang dari dua jam setiap hari, dan tentu aktivitas ini berlangsung sepanjang hayatnya
6.                  Shalat mencegah farises pada betis,
Dalam sebuah penelitian ilmiah yang mengkaji tentang shalat sebagai ajaran syariat islam dan manfaatnya secara medis yang dilakukan oleh dr.Taufik Alawan seorang ahli bedah di universitas Alexeria dinyatakan shalat merupakan factor yang sangat berpengaruh dalam mencegah penyakit farises pada betis. Hal ini karena terletak urat betis yang khusunya dan hanya memberikan sedikit tekanan pada dinding pembuluh dari di permukaan kedua betis. Tekanan ini menggerakkan untuk proses pengaliran darah di urat betis bagian samping serta memperkuat dinding urat-urat yang lemah. Perlu diingatkan penyakit farises di akibatkan oleh kerusakan yang bersifat umum pada urat-urat betis.
7.                  Shalat memperkuat antibody,
Hasil penelitian itu menjelaskan rata-rata penyembuhan lebih cepat pada pesien yang selalu melaksanakan shalat, yang mana hatinya dipenuhi oleh cahaya keimanan, rasa optimis, serta ketenangan jiwa dan rohani. Tidak diragukan lagi semua itu dapat menambah semakin aktifnya antibody dalam melawan berbagai macam penyakit.
8.                  Shalat mencegah pengoropasan pada tulang belakang,
Tulang lutut dan tulang leher. Hasil riset dalam bidang kedokteran menyatakan melaksanakan shalat secara teratur seperti bertakbir dan sujud dapat membantu penyembuhan orang yang mengalami sakit atau gangguan pada tulang belakang dan mengeringnya cairan pada tulang leher dan tulang lutut, atau paling tidak shalat dapat meringankan penyakit dideritanya.
9.                  Shalat mencegah badan dari penyakit jantung,
Diantara pekerjaan jantung yang paling sulit adalah mengedarkan darah ke kepala karena letaknya yang berlawanan dengan gravitasi bumi. Dalam sujud yang dilakukan ketika sedang shalat, jantung akan dengan mudah mengedarkan darah ke otak, mata, hidung, telinga, dan lainnya karena untuk semantara letak kepala berada dibawah jantung. Tidak diragukan lagi bahwa sujud yang lama dapat menenangkan jantung dan memperlancar kerjanya
3.      Shalat Sumber Kekuatan Mental
Manusia dalam hidupnya memerlukan kekuatan, baik kekuatan jasmani (fisik) atau kekuatan rohani (mental). Untuk memperoleh kekuatan mental selain bersabar yaitu dengan mengerjakan shalat, dengan shalat kita langsung berinteraksi dengan Tuhan memuji dan berdoa memohon ampun dari segala dosa.
Selain itu juga shalat mengndung gerakan-gerakan jasmania, shalat buaklah gerakan rutin yang tidak mempunyai mkana dan tak mempunyai faedah namun sebaliknya shalat mengandung banyak makna dan berfaedah bagi kehidupan dunia maupun akhirat, dengan shalat manusia pahala dan rahmat dari Allah dan ditentramkan hatinya.
Dalam pskologi, shalat dapat berfungsi sebagai terapi hal ini dkernakan dalam shalat mengandung nilai trasedental, psikologis, fisiology dan social. Shalat lima waktu diibaratkan oleh rasulullah sebagai orang yang mandi di sungai yang jernih airnya sebayak lima kali sehari,  dimana segala kotoran , daki yang melekat dbadan hilang sama sekali, ini juga diibaratkan sebagai pencucian batin seorang yang mengerjakan shalat, mukanya mengarah karah yang satuyaitu kiblat, sedangkan sluruh perhatian ingatan tertuju pada khadirat Tuhan.
Dengan mengerjakan shalat seorang muslim tahu menghargai waktu dan membagi waktu, shalat jamah mendidik supaya pandai hidup bermasyarakt, saling mrngenal satu sama yang lainnya yang didasrkan pada persamaan persaudaran dan tolong menolong.

BAB III
KESIMPULAN
Shalat adalah suatu kegiatan fisik-mental spiritual yang memberikan makna bagi hubungan antara seorang muslim dengan Allah, dengan sesama manusia maupun diri sendiri. Selain itu nikmat shalat yang khusyu’ adalah memperoleh ketenangan Karena itu kita harus menyadari bahwa ketenangan, tidak hanya menyebut nama Allah saja. Tapi pelengkap syariat dunia, rejeki yang cukup, rumah yang lapang, jaminan keamanan, keluarga yang sakinah, perlindungan dari kawan-kawan, inipun merupakan bagian karunia Allah yang harus kita buru sebagai upaya merealisasikan ketenangan jiwa secara syariat. Dalam menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental. Kesehatan mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan, dan kemampuannya dalam menyesuaikan diri. Kesehatan mental pulalah yang menentukan apakah orang akan mempunyai kegairahan untuk hidup, atau akan pasif dan tidak bersemangat. Manusia  dalam melaksanakan shalat dijadikan sebagai obat atau pengobatan kejiwaan, tentu saja shalat tersebut harus didasarkan atas iman dan keyakinan akan kebenaran sifat-sifat Allah, terutama sifat yang sangat diperlukan oleh seorang yang mengharap serta mencari tempat mengeluh, mengadu, dan mengungkapkan perasaan. Artinya shalat dapat menjadi obat dan penyembuh penyakit kejiwaan bagi orang yang beragama. Manusia dalam hidupnya memerlukan kekuatan, baik kekuatan jasmani (fisik) atau kekuatan rohani (mental). Untuk memperoleh kekuatan mental selain bersabar yaitu dengan mengerjakan shalat, dengan shalat kita langsung berinteraksi dengan Tuhan memuji dan berdoa memohon ampun dari segala dosa. Selain itu juga shalat mengandung gerakan-gerakan jasmani, shalat bukanlah gerakan rutin yang tidak mempunyai makna dan tak mempunyai faedah namun sebaliknya shalat mengandung banyak makna dan berfaedah bagi kehidupan dunia maupun akhirat, dengan shalat manusia mendapatkan pahala dan rahmat dari Allah dan ditentramkan hatinya.
DAFTAR PUSTAKA
Tristiadi, Ardi Ardani, Psikiatri Islam, (UIN Malang Press: Yogyakarta, 2008), Cet.Ke-I
Fachruddin HS, Pembinaan Mental Bimbingan Al-Qur’an, (PT. Bina Aksara: Jakarta, 1984),   Cet. Ke-I
Sudirman, Tebba, Nikmatnya Shalat Yang Khusyu’(Pustaka Irvan: Jakarta, 2008),  Cet.Ke-I,
Zakiah, Daradjat, Kesehatan Mental, (PT. Toko Gunung Agung: Jakarta, 2001), Cet. Ke-XXIII
Zakiah. Daradjat, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, (YPI. RUHAMA: Jakarta, 1990), Cet. Ke-4



[1]Tristiadi, Ardi Ardani, Psikiatri Islam, (UIN Malang Press: Yogyakarta, 2008), Cet.Ke-I, hl. 331
[2]Sudirman, Tebba, Nikmatnya Shalat Yang Khusyu’(Pustaka Irvan: Jakarta, 2008),  Cet.Ke-I, hl.159-160
[3] Zakiah, Daradjat, Kesehatan Mental, (PT. Toko Gunung Agung: Jakarta, 2001), Cet. Ke-XXIII, hl.3-9
[4] Zakiah. Daradjat, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, (YPI. RUHAMA: Jakarta, 1990), Cet. Ke-4, hl. 21-26
[5] Fachruddin HS, Pembinaan Mental Bimbingan Al-Qur’an, (PT. Bina Aksara: Jakarta, 1984), Cet. Ke-I, hl.50-54

No comments:

Post a Comment